1. Pengertian Customer Relationship Management ( CRM )
CRM merupakan sebuah pendekatan baru dalam mengelola hubungan korporasi dan pelanggan pada level bisnis sehingga dapat memaksimumkan komunikasi, pemasaran melalui pengelolaan berbagai kontak yang berbeda dengan pelanggan. Pendekatan ini memungkinakn untuk mempertahankan pelanggan dan memberikan nilai tambah terus menerus pada pelanggan, selain juga memperoleh keuntungan yang berkelanjutan.
Hal yang perlu dipahami adalah bahwa dari luar, pelanggan yang berinterkasi dengan perusahaan hanya memahami bisnis yang dilakukan oleh perusahaan sebagai satu entitas, tidak lebih; meskipun pelanggan juga berinteraksi dengan sejumlah pekerja yang berbeda peran dan departemennya. Semua itu tetap dianggap sebagai satu kesatuan. Dengan CRM, dukungan pada proses bisnis, informasi tentang pelanggan dan interaksinya dapat dimasukkan, disimpan, diakses oleh semua staf pada berbagai unit kerja dengan tujuan untuk meningkatkan layanan yang diberikan pada pelanggan, dan menggunakan informasi kontak pelanggan untuk target pemasaran.
CRM (customer relationship management) mengkombinasikan kebijakan, proses, dan strategi yang diterapkan organisasi menjadi satu kesatuan yang digunakan untuk melakukan interaksi dengan pelanggan dan juga untuk menelusuri informasi pelanggan. Pada era saat ini, implementasi CRM selalu akan menggunakan teknologi informasi untuk menarik pelanggan baru yang mengguntungkan, hingga mereka memiliki keterikatan pada perusahaan.
Konsep ini juga banyak digunakan sebagai sebuah terminologi pada industri informasi sebagai sebuah metodologi, piranti lunak, dan bahkan sebagai kapabilitas internet yang membantu korporasi mengelola hubungan pelanggan. Piranti ini memungkinkan korporasi untuk menjelaskan hubungan secara cukup rinci sehingga manajemen, staf penjualan, staf pelayanan, dan bahkan pelanggan dapat secara langsung mengakses informasi, menyesuaikan kebutuhan antara kebutuhan dan produk, pengingatan pelanggan pada layanan tertentu, dan sebagainya. Dalam pengembangan piranti lunak CRM harus dilakukan pendekatan yang holistik. Terkadang inisiatif implementasi piranti lunak CRM gagal dilakukan karena hanya terbatas pada instalasi piranti saja, tanpa memperhatikan konteks, dukukangan dan pemahaman staf, dan pemenfaatan sepenuhnya sistem informasi.
Banyak aspek yang tercakup dalam CRM. Aspek tersebut pada umumnya akan berhubungan langsung dengan salah satu aspek berikut:
- Operasi Front office yang langsung berinteraksi dengan pelanggan seperti ketemu langsung, panggilan telepon, e-mail, layanan online, dll.
- Operasi Back office yang sangat berpengaruh pada aktivitas pada layanan di front office seperti bagian pembayaran, perawatan, perencanaan, pemasaran, dll.
- Hubungan bisnis, yaitu interaksi dengan perusahaan dan rekanan lain seperti suppliers/ vendors, outlet pengecer dan distribusi, jaringan industri. Jaringan eksternal ini akan mendukung aktivitas di front dan back office.
- Data kunci dalam CRM dapat dianalisis dengan tujuan melakukan perencanaan kampanye pada target pemasaran, memahami strategi bisnis, dan memutuskan keberhasilan aktivitas CRM seperti pangsa pasar, karakteristik pelanggan, pendapatan dan keuntungan.
Implementasi CRM akan memberikan dampak manfaat bagi korporasi
seperti akan memungkinkan untuk memperoleh keseimbangan dalam bagaimana
menggunakan sumber daya untuk pemasaran agar mendapat nilai lebih pada
segmen tertentu, meningkatkan interaksi pelanggan yang akan mendukung
pengalaman branding pada pelanggan, mendongkrak produktivitas penualan
melalui pemetaan proses menggunakan teknologi baru, menetapkan tujuan
penjualan dan menentukan reward untuk pencapaiannya, fokus pada gab
antara harapan pelanggan dan pengalaman layanan saat ini, dengan
menggunakan alat analisis akan dapat ditingkatkan pemahaman organisasi
tentang pelanggan.
Variasi CRMAda beberapa perbedaan pendekatan CRM dengan paket piranti lunak dalam memfokuskan aspek yang berbeda. Beberapa diantara piranti lunak CRM yang dikenal adalah seperti berikut.
1. Operasional. Operational CRM memberikan dukungan untuk proses bisnis di front office, seperti untuk penjualan, pemasaran, dan staf pelayanan. Interaksi dengan pelanggan biasanya disimban dalam sejarak kontak pelanggan, dan staf dapat melihat kembali informasi pelanggan ketika dibutuhkan. Dengan sejarah kontak pelanggan ini, staf dapat dengan cepat memperoleh informasi penting. Dapat meraih pelanggan dalam waktu dan tempat yang tepat merupakan sesuatu yang sangat diinginkan.
2. Penjualan. Untuk penjualan biasa digunakan Sales Force Automation (SFA). SFA membantu untuk otomatisasi aktivitas yang terkait dengan staf penjualan, seperti untuk penjadwalan menghubungi pelanggan, pengiriman surat kertas maupun elektronik ke pelanggarn, menelusuri respon pelanggan, membuat laporan, menilai tingkat penjualan, proses order penjualan otomatis.
3. Analitik. Analytical CRM menganalisis data pelanggan untuk berbagai tujuan seperti merancang dan menjalankan kampanye target pemasaran, termasuk melakukan cross-selling, up-selling, aiatem informasi manajemen untuk forecasting keuangan dan analisis profitabilitas pelanggan.
4. Intelijen Penjualan. Intelijen Penjualan atau Sales Intelligence dalam CRM adalah sejenis dengan is similar to Analytical CRM, tetapi ditekankan lebih jauh untuk piranti penjualan langsung dengan fitur untuk mencari peluang Cross-selling/ Up-selling/ Switch-selling, kinerja penjualan, kecenderungan pelanggan, margin pelanggan.
5. Manajemen Kampanye. Campaign management mengkombinasikan elemen antara CRM operasional dan analitik agar dapat menjalankan fungsi pembentukan kelompok target dengan kriteria tertentu menggungakan data pelanggan, mengirimkan materi yang terkait dengan kampanye produk untuk calon tertentu menggunakan berbagai saluran seperti e-mail, telephone, SMS, dan surat, menelusuri, menyimpan dan menganalisis statistik kampanye.
6. Kolaboratif. Collaborative CRM mencakup aspek-aspek yang ditangani korporasi yang terkait dengan pelanggan pada berbagai departemen seperti pada bagian penjualan, dukungan teknis, dan pemasaran. Staf dari berbagai departemen pada korporasi yang sama dapat saling bertukar dan berbagi informasi yang dikumpulkan ketika berinteraksi dengan pelanggan. CRM jenis ini bertujuan untuk menggunakan informasi yang dikumpulkan secara bersama di semua departemen untuk peningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.
Strategi dan Implementasi
Sasaran untuk menjalankan strategi CRM harus mempertimbangkan situasi spesifik yang dihadapi perusahaan dan juga kebutuhan dan harapan pelanggan. Informasi yang didapat melalu inisiasi CRM dapat mendukung pengembangan strategi pemasaran dengan mengembangkan pengetahuan pada area-area tertentu seperti identifikasi segmen pelanggan, peningkatan retensi pelangggan, perbaikan produk yang disampaikan, juga identifikasi pelanggan blue chip (yang paling menguntungkan). Sasaran ini dilakukan dengan melakukan manipulasi informasi yang terkait yang selanjutnya dimanfaatkan bersama untuk ditransformasikan menjadi pengetahuan. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang memungkinkan perusahaan dapat lebih memahami pelanggan, dan digunakan untuk menyesuaikan kapabilitas organisasi agar dapat memberikan nilai yang lebih baik bagi pelanggan. Strategi CRM bervaria dalam besaran, komplesitas, cakupanya. Hal ini akan berpengaruh pada tipe apa CRM dikembangkan. Strategi CRM yang efektif akan fokus pada berbagai saluran. Perusahaan harus secara efektif mengelola saluran ini untuk perbaikan pelayanan.
Kegagalan berbagai projek CRM terutama terkait dengan kualitas dan availabilitas data pelanggan. Data yang baik merupakan isu penting. Ketika perusahaan yang menggunakan CRM untuk menelusuri siklus hidup pendapatan, pembiayaan, margin keuntungan, dan interkasi dengan pelanggan secara individual, maka semua ini harus tergambarkan dengan jelas dalam suatu bisnis proses. Data yang digunakan harus dapat diambil dari berbagai sumber data yang ada di tiap departemen atau bidang yang ada di perusahaan. Sistem yang komprehensif dengan struktur yang telah didefinisikan dengan baik akan meningkatkan kualitas data yang dipakai dalam pengambilan keputusan. Meski saat ini banyak piranti lunak yang tersedia tentang CRM, namun perlu diingat bahwa CRM bukan sekedar teknologi namun lebih pada pendekatan komprehensif yang berpusat pada pelanggan. Implikasinya adalah kebijakan, proses, pelatihan staf, manajemen pemasaran, dan manajemen informasi. Dengan cara pandang ini, CRM merupakan hal yang dapat memberikan peran penting dalam usaha merekayasa proses penjualan untuk memberikan nilai tambah pada pelanggan.
- Malthouse, Edward C; Bobby J Calder (2005). “Relationship Branding and CRM”. in Alice Tybout and Tim Calkins. Kellogg on Branding. Wiley. pp. 150–168.
- Rigby, Darrell K.; Frederick F. Reichheld, Phil Schefter (2002). “Avoid the four perils of CRM”. Harvard Business Review 80 (2): 101–109.
- Paul H. Selden (April/May 1996). “SFA Myths Abound“. Sales and Marketing Strategies & News 6 (3): 51 and 53.
- Paul H. Selden (November 2000). “The Power of Quality Thinking In Sales and Management“. Quality Progress: 58-64.
- Bligh, Philip; Douglas Turk (2004). CRM unplugged – releasing CRM’s strategic value. Hoboken: John Wiley & Sons. ISBN 0-471-48304-4.
- Paul H. Selden (1997). Sales Process Engineering: A Personal Workshop. Milwaukee, WI: ASQ Quality Press. p. 23.
2. Pengertian Enterprise Resource Planning (ERP)
adalah sebuah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahaan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomatisasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi pada sebuah perusahaan. ERP merupakan perkembangan dari Manufacturing Resource Planning (MRP) yang secara
moledular dapat menangani proses manufaktur, logistic, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan, invoice dan akuntansi perusahaan. Sehingga sistem ini dapat mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualiatas dan sumber daya manusia. ERP juga sering disebut dengan Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan public secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini.
B. Modul-Modul yang Terdapat pada Sistem ERP
Secara modular, sistem ERP terbagi atas modul operasi sebagai modul utama dan modul financial dan akuntansi serta sumber daya manusia sebagai modul pendukung.
1. Financial
a. Financial Accounting ditujukan untuk menyediakan pengukuran berkelanjutan terhadap keuntungan perusahaan, mengukur kinerja keuangan perusahaan
b. CO-Controlling untuk mendukung kegiatan operasional
c. Investment Management ditujukan untuk menganalisis kebijakan investasi jangka panjangdan fixed assets dari perusahaan
d. Enterprise Controlling ditujukan untuk memberikan akses bagi Enterprise Controller.
e. Treasury ditujukan untuk mengintegrasikan antara cash management dan cash forecasting dengan aktivitas logistic dan transaksi keuangan.
2. Operasi (Distribution and Manufacturing)
Logistics Execution, Sales and Distribution, Materials Management, General Logistics, Quality Management, Plant Maintenance, Costumer Service, Production Planning and Control, Project System, Environment Management.
3. Human Resource
Berfungsi untuk
a. memudahkan melaksanakan manajemen yang efektif dan tepat waktu terhadap gaji, benefit dan yang berkaitan dengan SDM perusahaan.
b. Melindungi data personalia dari pihak luar
c. Mambangun sistem rekruitmen dan pembangunan SDM yang efiisen melalui manajemen karir.
C. Implementasi ERP dalam Dunia Bisnis
Implementasi sistem informasi berbasis ERP adalah suatu arsitektur software yang memiliki tujuan untuk memfasilitasi aliran informasi diantara seluruh fungsi-fungsi bisnis didalam batas organisasi atau perusahaan dengan pihak stakeholder diluarperusahaan. ERP dibangun atas dasar sistem database yang terpusat dan biasanya menggunakan platform komputansi yang umum. Sistem informasi berbasis ERP dapat mengkonsolidasikan seluruh opersai bisnis menjadi seragam dan sistem lingkungan perusahaan yang lebih luas.
Dalam prakteknya penerapan sistem ERP dirancang berdasarkan proses bisnis yang dianggap best practice yaitu proses bisnis umum yang paling layak ditiru. Misal bagaimana proses umum yang sebenarnya berlaku untuk pembelian (purchasing), penyusunan stuk digudang dan sebagainya. Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari sistem ERP, maka industry yang akan mengimplementasikan ERP harus mengikuti best practice process yang berlaku. Akan tetapi. Permasalahan mulai timbul bagi industry di Indonesia, contoh permasalahan bagaimana merubah proses kerja yang dikehendaki oleh sistem ERP agar sesuai dengan proses kerja perusahaan hal ini terutama dilakukan untuk modul sumber daya manusia, karena banyak perusahaan di Indonesia memiliki peraturan dan kebijakan yang berbeda dibandingkan dengan proses bisnis pada modul SDM yang terdapat pada sistem ERP pada umumnya seperti SAP. Proses penyesuaian ini dikenal sebagai implementasi dan salah satu factor yang mementukan keberhasilan implementasi sistem ERP di perusahaan adalah proses bisnis yang telah terintegrasi didalam paket ERP merupakan paket bisnis bestpractice yang telah teruji reabilitasnya.
D. Keuntungan dan Kerugian ERP
Keuntungan dari implementasi ERP antara lain :
1. Integrasi data keuangan untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top management bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik.
2. Standarisasi Proses Operasi untuk menstandarkan proses operasi melalui implementasi best practice sehingga terjadi peningkatan produktivitas, penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk.
3. Standarisasi Data dan Informasi untuk menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis bisnis yang berbeda-beda.
Kerugian yang mungkin terjadi ketika salah menerapkan ERP antara lain :
1. Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya.
2. Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran.
3. Karyawan tidak siap untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru.
4. Persiapan implementation tidak dilakukan dengan baik.
5. Berkurangnya fleksibilitas sistem setelah menerapkan ERP
Sumber: http:/www.Sasmoyo.blogstudent.mb.ipb.ac.id
3. Enterprise Aplication Program (EAP)
EAP merupakan metoda yang digunakan untuk membangun arsitektur
informasi. Menurut Steven H Spewak, EAP merupakan pendefinisian bisnis
dan arsitektur, bukan perancangan bisnis dan arsitekturnya.
Arsitektur dalam EAP adalah arsitektur data, aplikasi dan teknologi yang
dibutuhkan untuk mendukung bisnis organisasi. Steven H Spewak
menyatakan bahwa arsitektur disini dimaksudkan layaknya cetak biru,
penggambaran, atau model.
Komponen dari EAP menurut Spewak menggunakan dasar dari dua layer dari
John Zachman’s framework yaitu dari tinjauan planner dan owner. Komponen
EAP dapat digambarkan sebagai berikut:
![]() |
Komponen EAP |
Penjelasan Gambar Komponen EAP :
1. Lapisan 1
Inisialisasi perencanaan (Planning Initiation): tahapan
awal yang harus dilakukan adalah melakukan inisiasi perencanaan, dengan
harapan proses pembangunan model arsitektur ini dapat terarah dengan
sangat baik. Tahapan ini sebagai landasan untuk tahapan pengerjaan
berikutnya. Tahapan awal ini menjadi penting, terutama karena pada tahap
inilah ruang lingkup dan perencanaan kegiatan atau rencana kerja
didefinisikan, menentukan metodologi yang akan digunakan, sumber daya
yang terlibat dan menetapkan perangkat (tools) yang akan digunakan.
Faktor lain adalah dukungan dan komitmen dari manajemen, yang tidak
hanya dalam bentuk verbal, tetapi berpengaruh pada sumber daya
(personil, anggaran dan waktu) untuk menjalankan seluruh proses.
2. Lapisan 2
Pemodelan bisnis (Business Modeling): menyusun
suatu dasar pengetahuan tentang bisnis dan informasi yang digunakan
dalam melakukan aktifitas bisnis. Tujuan dari pemodelan bisnis ini
adalah untuk menyediakan dasar pengetahuan yang lengkap dan menyeluruh
yang dapat digunakan untuk mendefinisikan arsitektur dan rencana
implementasinya. Ada 3 tahapan untuk memodelkan bisnis, yaitu sebagai
berikut:
a. Dokumentasi struktur organisasi.
b. Identifikasi dan definisi fungsi bisnis.
c. Dokumentasi model bisnis utama, distribusi, dan presentasi kepada semua komunitas bisnis untuk mendengarkan komentarnya.
Survei enterprise: survei bertujuan untuk memperoleh keterangan lengkap tentang bisnis model yang meliputi hal–hal sebagai berikut:
a. Informasi apa saja yang digunakan untuk membentuk suatu fungsi.
b. Kapan fungsi tersebut dibentuk.
c. Dimana fungsi tersebut dibentuk.
d. Seberapa sering fungsi tersebut dibentuk.
e. Peluang apa saja yang ada untuk memperbaiki fungsi.
Sistem dan Teknologi saat ini (Current System & Technology): bertujuan
untuk mendokumentasikan dan mendefinisikan seluruh platform
teknologi dan sistem yang digunakan oleh enterprise saat ini serta
menyediakan suatu acuan untuk migrasi dalam jangka panjang.
Sedangkan yang harus dihasilkan pada fase ini disebut dengan
Information Resource Catalog (IRC) yang juga disebut ensiklopedia
sistem atau inventory sistem. Tahapan untuk membuat IRC, antara lain
sebagai berikut:
a. Menentukan ruang lingkup, sasaran dan kerangka kerja IRC.
b. Persiapan untuk koleksi data.
c. Pengumpulan data IRC.
d. Masukan data.
e. Validasi dan meninjau ulang draf IRC.
f. Menggambar skema.
g. Mendistribusikan IRC.
h. Administrasi dan perawatan IRC.
Dokumentasi IRC dibuat dengan menggunakan bantuan hubungan matrik
antara proses bisnis dengan teknologi yang digunakan, sedangkan
untuk penggambaran menggunakan BPMN.
3. Lapisan 3
Arsitektur Data (Data Architecture): mendefinisikan
jenis data utama yang dibutuhkan untuk mendukung aktifitas
bisnis. Arsitektur data terdiri dari entitas data, dimana setiap
data memiliki atribut dan relasi terhadap data yang lain.
Pedoman dalam mendefinisikan arsitektur data yaitu:
a. Daftarkan calon entitas data dengan meninjau model bisnis dan deskripsi sistem dan teknologi yang dipakai.
b. Tetapkan entitas yang akan dipakai.
c. Definisikan setiap entitas tersebut dan mendokumentasikannya (ER- Diagram).
d. Hubungkan entitas data dengan fungsi bisnis detil.
Arsitektur Aplikasi (Applications Architecture): mendefinisikan
jenis aplikasi utama yang dibutuhkan untuk mengelola data dan
mendukung fungsi bisnis. Aplikasi yang dimaksud adalah proses
pendefinisian aplikasi apa saja yang akan mengelola data dan
menyediakan informasi untuk pihak manajemen terhadap fungsi
bisnisnya. Lima tahap untuk membuat arsitektur aplikasi adalah sebagai
berikut:
a. Daftarkan kandidat aplikasi.
b. Definisikan aplikasi.
c. Relasikan aplikasi terhadap fungsi.
d. Analisis dampak dari aplikasi yang ada.
e. Distribusikan arsitektur aplikasi.
Arsitektur Teknologi (Technology Architecture): mendefinisikan
platform teknologi yang dibutuhkan untuk menyediakan lingkungan untuk
aplikasi yang akan mengelola data dan mendukung fungsi bisnis. Empat
tahap untuk membuat arsitektur teknologi, antara lain:
a. Identifikasi prinsip-prinsip teknologi dan platform.
b. Definisikan platform dan distribusi.
c. Relasikan platform teknologi dengan aplikasi dan fungsi bisnis.
d. Distribusikan arsitektur teknologi.
4. Lapisan 4
Rencana Implementasi (Implementation/Migration Plans) : Mendefinisikan
tahapan untuk penerapan aplikasi, penjadualan implementasi,
analisa biaya/ keuntungan dan menentukan jalur yang jelas untuk
berpindah dari posisi saat ini ke posisi yang diinginkan di masa
depan, organisasi sistem informasi baru, adopsi metodologi
pengembangan sistem yang baru, dan penetapan standar atau prosedur.
Adapun tahapan-tahapan perencanaan implementasi, antara lain:
a. Menentukan urutan-urutan aplikasi yang akan dibangun.
b. Mengukur usaha, kemampuan sumber daya yang tersedia dan merancang jadwal tahapan implementasi.
c. Menentukan faktor-faktor kesuksesan dan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang tepat.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tahapan dan apa
yang dihasilkan dari setiap tahapan EAP pada tabel berikut (Spewak,
Steven H, 2002):
![]() |
Tahapan dan hasil dari EAP |
Daftar Pustaka :
Spewak, Steven H., Enterprise Architecture Planning (Developing a Blueprint for Data, Application and Technology), Jhon Wiley & Sons,Inc.
4. Pengertian Supply Chain Management ( SCM )
Definisi Supply Chain Management
Supply Chain merupakan suatu rangkaian proses-proses dan aliran yang terjadi didalam dan diantara tahapan rantai pasok yang berbeda dan berkombinasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan atas suatu produk. Konsep supply chain ini mengintegrasikan secara efisien antara pemasok, perusahaan manufaktur, pergudangan, dan toko, sehingga barang yang diproduksi dan didistribusi dengan kualitas yang tepat, lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat, untuk meminimumkan biaya-biaya pada kondisi yang memuaskan kebutuhan tingkat pelayanan.
Supply chain management (SCM) adalah filosofi management yang secara terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi bisnis yang kompeten untuk digabungkan baik dalam perusahaan maupun luar perusahaan seperti mitra bisnis yang berada dalam satu supply chain untuk memasuki sistem supply yang berkompetitif tinggi dan memperhatikan kebutuhan pelanggan, yang berfokus pada pengembangan solusi inovatif dan sinkronisasi aliran produk, jasa, dan informasi untuk menciptakan sumber nilai pelanggan (customer value) secara unik. Dengan memanfaatkan supply chain management, suatu perusahaan akan mendapatkan banyak manfaat, seperti yang disebutkan Peter J Metrz dalam “Demystifying Supply Chain Management” terlihat pada Gambar II.1
Terkadang Supply chain management ini disamakan dengan Manajemen logistik, tetapi sebenarnya ada perbedaan yang cukup mendasar antara supply chain management dengan manajemen logistik yaitu terletak pada orientasi atau cara pandang. Manajemen logistik lebih memfokuskan pada pengoptimalan rencana orientasi dan kerangka kerja berupa pembuatan rencana tunggal untuk aliran produk dan informasi di dalam perusahaan sedangkan supply chain management merasa tidak cukup hanya integrasi dibagian dalam saja, tetapi juga bagian luar perusahaan yang meliputi supplier dan pelanggan.
Salah satu bagian dalam supply chain management yang penting adalah bagian procurement. Bagian ini yang melakukan pengadaan barang ataupun jasa yang akan digunakan dalam aktivitas perusahaan. Jika suatu perusahaan dapat mengontrol proses pengadaan barang atau jasa, maka dapat dipastikan perusahaan tersebut dapat lebih efisien dalam penggunaan dana
Sumber:
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMILIHAN DAN EVALUASI SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE AHP DI PT GLOSTAR INDONESIA
MEYLISA RAHARJENG (112071042)
Library IT TELKOM Bandung
Supply Chain merupakan suatu rangkaian proses-proses dan aliran yang terjadi didalam dan diantara tahapan rantai pasok yang berbeda dan berkombinasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan atas suatu produk. Konsep supply chain ini mengintegrasikan secara efisien antara pemasok, perusahaan manufaktur, pergudangan, dan toko, sehingga barang yang diproduksi dan didistribusi dengan kualitas yang tepat, lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat, untuk meminimumkan biaya-biaya pada kondisi yang memuaskan kebutuhan tingkat pelayanan.
Supply chain management (SCM) adalah filosofi management yang secara terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi bisnis yang kompeten untuk digabungkan baik dalam perusahaan maupun luar perusahaan seperti mitra bisnis yang berada dalam satu supply chain untuk memasuki sistem supply yang berkompetitif tinggi dan memperhatikan kebutuhan pelanggan, yang berfokus pada pengembangan solusi inovatif dan sinkronisasi aliran produk, jasa, dan informasi untuk menciptakan sumber nilai pelanggan (customer value) secara unik. Dengan memanfaatkan supply chain management, suatu perusahaan akan mendapatkan banyak manfaat, seperti yang disebutkan Peter J Metrz dalam “Demystifying Supply Chain Management” terlihat pada Gambar II.1
Terkadang Supply chain management ini disamakan dengan Manajemen logistik, tetapi sebenarnya ada perbedaan yang cukup mendasar antara supply chain management dengan manajemen logistik yaitu terletak pada orientasi atau cara pandang. Manajemen logistik lebih memfokuskan pada pengoptimalan rencana orientasi dan kerangka kerja berupa pembuatan rencana tunggal untuk aliran produk dan informasi di dalam perusahaan sedangkan supply chain management merasa tidak cukup hanya integrasi dibagian dalam saja, tetapi juga bagian luar perusahaan yang meliputi supplier dan pelanggan.
Salah satu bagian dalam supply chain management yang penting adalah bagian procurement. Bagian ini yang melakukan pengadaan barang ataupun jasa yang akan digunakan dalam aktivitas perusahaan. Jika suatu perusahaan dapat mengontrol proses pengadaan barang atau jasa, maka dapat dipastikan perusahaan tersebut dapat lebih efisien dalam penggunaan dana
Sumber:
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMILIHAN DAN EVALUASI SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE AHP DI PT GLOSTAR INDONESIA
MEYLISA RAHARJENG (112071042)
Library IT TELKOM Bandung